Pelajaran Malam Ini

Malam ini, aku baru saja selesai mengerjakan tugas Bahasa Inggris. Ditemani dengan musik tak beraturan dari deru kendaraan. Atau, nyanyian sumbang jangkrik makanan burung peliharaan ayah.

Sesaat aku terdiam di depan monitor. Mengotak-atik padanan nama untuk kujadikan tokoh pada karyaku. Tak lama, suara nyaring terdengar.

"Teee..."

Suara itu keras, namun saat kutengok ke luar, tak kutemui apa pun.

"Teee..."

Suara itu semakin keras dan mendekat. Dan barulah aku dapat melihat sosok lelaki paruh baya yang memanggul dua buah blek berisi daging yang ditusuk dan segala macamnya di pundak sebelah kirinya. Penjual sate itu sempat melihat ke arah rumahku. Kalau aku boleh menduga, mungkin ia mengharap tiap penghuni rumah yang ia lewati sudi membukakan pintu dan membeli satenya.

Yang aku pikirkan selanjutnya adalah masih adanya mereka, para penjual sate yang berkeliling sambil memanggul barang dan alat dagangnya. Karena biasanya, kini banyak penjual sate yang memilih menetap, menunggu pembeli datang. Sekali pun mereka yang menjemput rezeki pun biasa menggunakan gerobak, bukan memanggulnya seperti itu.

Aku dibawa sepoi angin untuk berpikir. Berpikir tentang betapa tegarnya bapak tua tadi menjalani kehidupannya. Berpikir tentang berapa penghasilan yang akan ia dapatkan? Sebandingkah dengan kerja kerasnya? Berpikir tentang betapa beruntungnya keluargaku, yang sudah cukup enak untuk mencari nafkah. Hanya tinggal duduk di depan komputer dan pelanggan pun akan datang dengan sendirinya.

Masih banyak orang yang dalam sumber pencahariannya mungkin dibawah kita. Untuk itu kita harus senantiasa bersyukur kepada Tuhan yang telah memberi anugerah yang tak dapat dihitung. Dan jangan sekali-kali merendahkan orang lain. Walau pun penghasilan orang itu kurang, tapi bukan berarti ilmu yang ia dapatkan seperti penghasilannya. Bisa saja malah hidupnya lebih tentram dan nyaman dari kita, karena senantiasa mendapat ridho dari Allah Swt.

Untuk itu jangan pernah merasa lebih. Karena yang namanya kehidupan itu seperti langit, dimana masih ada hamparan langit yang lebih tinggi. Kehidupan itu seperti roda, dimana ia selalu berputar. Kadang sisi A berada di bawah, terkadang juga di atas. Semua itu bisa saja terjadi karena kehendak dan kuasa Allah Swt.


Komentar

Postingan Populer