DIKTA

Siang tadi aku terduduk sendiri. Memainkan sedotan hitam minumanku dan menatap lurus pada lelaki bermata sayu yang sedang memainkan rambut ikal pacarnya. Melihatnya secara tak sengaja membuatku terdiam dan memilih tetap duduk mengamati saja.

Empat tahun yang lalu, aku melihat dia yang kesal memanggil temannya yang tak kunjung merespon di kantin. Empat tahun yang lalu, aku mengetahui namanya lewat daftar nama siswa kelas VIII H di ruang TU. Empat tahun yang lalu, aku menaruh hati pada lelaki pemain kata itu.

Lalu tahun berikutnya aku mengenal sosoknya. Lebih dekat dan mulai bercakap. Sekadar sekecap dua kecap, tapi sudah cukup membuat jantung berdetak cepat. Lalu tahun berikutnya ia bercerita, tentang wanita manis yang membuatnya terluka. Bergerak bersama titah mentari ke peraduan, menyerahkan buku anak bangsa yang menohokku tak sadar. Lalu tahun berikutnya, terjaga pukul satu membawaku terlelap pada petikan gitar yang ia kirimkan. Lalu tahun berikutnya, jumpa tak lagi bisa. Terakhir bertanya tentang unggahan permainan katanya. Atau membaca keputus asannya untuk beranjak dari wanita bernama Nada.

3 tahun setelahnya, aku terduduk sembunyi di pojok kedai kopi. Memandangnya lurus sambil bermain sedotan ice tea. Lelaki itu memainkan rambut ikal pacarnya. Tawa terdengar kala si gadis memprotes tindakan jemari lelakinya.

3 tahun setelahnya,hati mulai memunculkan tanya. Akan kah rasa masih ada?

Komentar

Postingan Populer