Cerita Kue
Bagaimana mungkin aku dapat melupakan bagian paling menyenangkan ketika bersamamu?
Ketika angin berbisik jelas di telinga, kita justru memilih duduk santai dengan punggung yang menyentuh bagian paling empuk di kamar. Menyesap kopi dari biji 'hari ini' yang digiling oleh usapan lembut pada kepala juga tangan. Memakan kue yang beraneka ragam; ada kue mengharukan, ada kue masa depan, bahkan ada juga kue kemanusiaan. Tapi favoritmu aku masih sangat hapal. Kue permainan. Apapun itu asal kue permainan, kamu akan selalu tersenyum ketika memakannya.
Kita tiba-tiba menjadi tuli akan bisikan angin bahkan suara kipas yang berderu. Melupakan jam pasir yang tidak dapat kita hentikan sekalipun katamu, "Tidurkan saja, nanti juga dia mimpi." Aku tertawa mendengarnya. Entah dari benua mana mereka berasal. Namun, celetukanmu selalu saja menakjubkan.
Malam yang singkat tetapi terasa hangat. Kita bahkan sampai mengabaikan kantuk yang berkali-kali patroli karena kita terlalu berisik. Sampai-sampai kantuk harus menggunakan mantra ajaibnya untuk membuat kita diam hahaha....
Beberapa kali ketika kue-kue yang dimakan terlalu banyak dan sangat enak, kita sengaja membaginya ke kantuk. Sssttt! Kita sepakat untuk tidak menyebut ini sebuah suap, kan? Kita hanya tidak ingin terang mencuri sabit yang menggantung lebih cepat. Ya, kan? Ya, kan?
Berdua denganmu—tidak, sejujurnya kita tidak pernah berdua. Ada banyak sekali yang hadir dalam waktu sakral itu. Namun, kehadiran mereka justru membuat kita dapat lebih menikmati singkatnya kefanaan malam.
Jadi bagaimana bisa aku melupakannya? Sekalipun waktu melupa dan kenangan menguar serupa dupa, tentangmu tetap abadi dalam ingat juga kereta kata.
— etalase July, 5th 2022
Komentar
Posting Komentar