1 3 4 1 9

Sampai pada bumi dengan seru-deru kampanye menguasai
Aku tak lagi bisa membedakan degup jantungku dengan seru-deru kampanye
Terlebih ketika laju harus mengucap salam pada dua kebanggaan
Sayang, tujuan bukanlah berada di depan

Mendung menggantung sejak dzuhur memanggil
Tak lama rintiknya hadir dengan malu-malu
Aku memandang samar pada jendela
Seru-deru kampanye masih saja memekakan telinga

Ashar terlewati,
Apa yang di depanku tak kusukai
Paling wajah ke kiri, menangkap sosok tinggi
Kali ini degup dapat kurasakan
Bahkan, waktu berjalan tak kuindahkan

Kau kah itu?
Atau hanya obsesi yang terwujud pada bain?
Kuamati samar,
Bukan.

Mungkin memang belum diperkenankan,
Atau memang harus kusudahi penantian,
Seperti permintaan?

Sayang, aku tetap memilih bodoh
Mempercayai satu hal magis
Semoga tak berujung tragis.

Komentar

Postingan Populer